Sejarah Perang Banjar
Minggu 8, JUli 2012
Kisah sejarah nang bujur diambil matan karya alm H.Gusti Mayur
" Perang Banjar "... sejarah ini kadap gasan Urang Banjar Surang. Sultan ditipu pulang..... dibuang k Cianjur Jabar..
Tanggal 28 Februari 1862 tengah malam, Sultan Hidayatullah memasuki kota Martapura bersama anak dan pengiring. Beliau digandeng oleh anak beliau Pangeran Saleh. Mereka disambut oleh Regent Martapura Pangeran Jaya Pamenang dan kemudian berjumpa dengan Residen Verspyck. Ketika Sultan meminta berjumpa dengan ibunda Ratu Siti, maka Ratu Siti dan Ratu Mas Bandara dipersilahkan datang di Pendopo. Pertemuan ini sangat mengharukan. Pihak Belanda melukiskan pertemuan itu demikian :
"Toen zij binnenkwamen, zonk Hidayat voor Ratoe Sitie met het aangeziecht naar den grond gewend, neder. Trots ging deze hem echter voorbijen wierp een verachtelijken blik op den voor haar nederliggenden man. Uit dien bilk sprak veel, het was niet dien eenen moeder, die haren ongelukkigen zoon we-der ziet, neen, diepe niet to beschrijven verachting, spraak daaruit men zag daarin volkomen het karakter dier heerschzuchtige vronw, nog zoo vol geestk¬racht, die alle haar plannen eindelijk den bodem zag ingeslagen".
Lukisan pihak Belanda ini dapatlah kita terjemahkan demikian :
"Ketika mereka (Ratu Siti dan Ratu Mas Bandara) masuk, maka Sultan Hidayatullah berlutut sujud menyembah ibunda Ratu Siti. Dengan sombong Ratu Siti melaluinya dan melemparkan pandangan menghina kepada lelaki yang berjongkok menyembah beliau. Pandangan itu berbicara banyak. Itu bukan pandangan dari seorang ibu yang berjumpa kembali dengan anaknya yang sengsara. Tidak ! Pandangan penghinaan mendalam yang tidak terlukiskan. Melukiskan dan orang melihat seluruhnya watak dan seorang wanita bernafsu memerintah, masih penuh bersemangat, yang akhirnya semua rencananya jatuh gagal berantakkan" .
Sejurus lamanya Sultan Hidayatullah terperanjat atas sikap ibundanya ini. Bukankah langkah yang diambilnya sesuai dengan surat ibunda?
Segera sekalian maklum kelihaian pihak Belanda. Peribahasa Belanda sendiri mengatakan
"Het doel heiligt de meiddelen" (Tujuan menghalalkan segala tipu daya). Tujuan menjaring dan menangkap Sultan membenarkan pemakaian cincin cap Ratu Siti.
Ratu Siti dan Sultan Hidayatullah kemudian menyadari bahwa rupanya telah takdir Allah Subhanahu wa ta 'ala mereka dipertemukan didalam keadaan yang begitu menyedihkan. Belum lagi reda air mata mengalir, Verspyck.telah meminta supaya Sultan segera mengumpulkan keluarga yang akan diikut sertakan di-berangkatkan ke Batavia. Dikatakan perundingan ditunggu dan selanjutnya dengan Gubernur Jenderal.
Pada tanggal 1 Maret 1862 keesokan harinya telah terkumpul keluarga dan pengiring yang akan dibawa ikut serta. Didalam persiapan pemberangkatan ini, rakyat tidak diperkenankan keluar rumah. Rombongan Sultan diangkut dengan kapal Van Os, yang kemudian didekat Banjarmasin berpindah ke kapal Bali. Penjagaan di mana-2 dilakukan dengan sangat ketat sekali.
Demikianlah pada tanggal 3 Maret 1862 jam 9 malam kapal Bali berangkat menuju Jawa. Letnan Verstege, Kontrolir Kuin dengan sejumlah pengawal bertugas mengantar rombongan ini ke Batavia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar